Buku Ekspedisi Polwan ke Puncak Carstensz Pyramid 2017

Posted on

 

Detak jantung AKBP Siwi Erma Andriani, S.I.K, berdegup kencang. Nafas dari  kedua hidungnya tersengal-tengal. Tipis namun cepat. Kedua kakinya bergetar  menahan rasa pegal dan dingin meski perwira menengah yang bertugas  di Sekolah Polwan (Sepolwan) Lemdiklat Polri ini mengenakan jaket berlapislapis. Rabu, 9 Agustus 2017 pukul 12.27 WIT menjadi hari paling bersejarah  dalam hidupnya. Siwi berhasil menapaki puncak tertinggi di Asia Tenggara dan  Oceania: Puncak Carstensz!

Siwi mengusap batu cadas di puncak dengan ketinggian 4.884 mdpl tersebut dengan perlahan. Air mata pun meleleh di kedua pipinya. Sedih, haru dan bahagia menjadi satu. Penantian panjang berbulan-bulan itu pun akhirnya menjadi kenyataan dengan hasil yang manis dan membanggakan. Ibu dari Muhamad Abiyu Alam (15) dan Ibrahim Ulya Abad (9) itu pun mengayunkan tongkat dan bendera Merah Putih lalu mencium dan memeluknya. Lagi-lagi air mata membasahi pipinya tatkala menyanyikan lagu Indonesia Raya di atas puncak berselimut salju dan kabut. Rasa haru sekaligus bangga memang wajar dirasakan oleh Siwi dan 23 anggota Ekspedisi Puncak Jawawijaya Carstensz, Papua tersebut. Sejak Mei 2017, dia digembleng secara fisik maupun mental oleh tim pendaki profesional.

Tekad Siwi memang sudah bulat. Mewakili 20 ribuan Polwan RI di seluruh Indonesia, dia ingin menorehkan sejarah baru dengan cara yang luar biasa dan tak lazim dilakukan oleh Polisi Wanita. Dia ingin mengubah paradigma bahwa Polwan hanya duduk manis di belakang meja dan menepis anggapan hanya mampu sebagai pemanis ruangan kerja. ’’Polwan RI juga siap secara fisik dan mental untuk tugas-tugas operasi di lapangan,’’ kata Siwi usai acara penyambutan Polwan di Gedung Bhayangkari, Mabes Polri, Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2017 lalu.Kapolri Jenderal Pol Drs H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D, pun terlihat bahagia. Berulangkali, jenderal bintang empat ini mengapreasiasi semangat juang yang dilakukan oleh Tim Ekspedisi Carstensz tersebut.

Dia menyebut, capaian ini menandakan Polwan memiliki semangat untuk memperbaiki kualitas diri dan bertekad untuk maju. ’’Saya mengapreasiasi apa yang dilakukan oleh tim Polwan yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Carstensz – Polwan RI ini. Menaklukkan Puncak Carstensz bukan hal yang mudah karena memiliki kesulitan yang sangat tinggi. Alhamdulillah, mereka berhasil dan saya berikan apresiasi perjuangannya,’’ kata Tito dalam sambutannya.Puncak Carstensz atau oleh kalangan pendaki profesional biasa disebut Carstensz Pyramid, karena ujung puncak gunung ini mirip piramida, merupakan satu dari tujuh puncak gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 4.884 mdpl. Sementara gunung tertinggi di dunia merupakan Everest (Nepal) dengan ketinggian 8.848 mdpl. (lihat infografis).

 

Tito melanjutkan, Puncak Carstensz merupakan salah satu puncak tertinggi di dunia yang tidak mudah untuk didaki. Rute pendakian yang rumit, cuaca yang ekstrem dan berubah sangat cepat serta kondisi alamnya yang penuh dengan bebatuan dan cadas merupakan tantangan tersendiri bagi pendaki profesional sekalipun.Keberhasilan Polwan RI dalam melakukan summit ini tentu menjadi kisah tersendiri yang sangat menarik. Tak hanya Polwan tersebut merupakan perempuan yang bukan pendaki, namun di antara mereka sama sekali belum pernah naik gunung. ’’Semangat dan kerja keras yang membuat Polwan ini sukses. Tentu tak lepas dari bimbingan tim pelatih dan tekad kuat para Polwan saat latihan,’’ kata Tito

Naiknya Polwan ke puncak Carstensz akan memiliki sisi domino yang positif, salah satunya bidang pariwisata. Bahwa, Indonesia memiliki satu obyek wisata minat khusus yang sangat luar biasa, yakni wisata pendakian alam liar Carstensz. ’’Beruntung sekali 24 Polwan yang bisa mendaki Carstensz ini, karena tidak semua orang punya kesempatan naik ke puncak tersebut. Selain biayanya yang sangat mahal, akses yang sulit juga medan pendakian yang terjal dan curam,’’ kata mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tersebut.Ke depannya, lanjut Tito, kegiatan ini harus terdokumentasikan dengan baik dan lengkap. Foto dan video bisa didesain dengan menarik. Untuk selanjutnya dapat disebar melalui media sosial dan film layar lebar.

Mengenai layar lebar ini, Tito mengharapkan dapat diproduksi secara apik karena potensinya luar biasa. Paling tidak, kata dia, ada potensi 450 ribu anggota kepolisian yang akan diwajibkan nonton film documenter Polwan ini. Belum lagi beserta anggota keluarganya bisa menjadi 2 juta orang yang menonton film Carstensz ini. Bukan itu saja, pernak-pernik pendakian seperti pakaian, baju, tas hingga peralatan pendakian Carstensz juga bisa disimpan di museum. Ini akan menjadi catatan sejarah tersendiri bagi kepolisian.

FILM DOKUMENTER EKSPEDISI POLWAN KE PUNCAK CARSTENSZ PYRAMID

BISA DI TONTON LANGSUNG DENGAN MENGEKLIK GAMBAR DI BAWAH INI.

 

Pada bagian lain, Ketua Tim Pelaksana Ekspedisi CarstenszPolwan RI yang juga Ketua Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lemdiklat Mabes Polri, Brigjen Pol Dra Sri Handayani, mengatakan, kegiatan ekspedisi ini merupakan kegiatan yang sangat positif diikuti oleh sejumlah Polwan pilihan. Tak kurang dari 100 Polwan perwakilan dari seluruh Polda di turut mengikuti seleksi di Sekolah Polwan pada April-Mei 2017 Polwan tersebut diseleksi dari berbagai macam uji kompetensi. Mulai dari administrasi, fisik, mental dan minat.

Ini mengingat Carstensz merupakan daerah yang mewajibkan para pendaki memerlukan kualifikasi khusus. ’’Kami juga melihat track recordPolwan itu sendiri, jika pernah mendaki ke gunung tentu ada penilaian tersendiri. Apalagi yang background-nya atlet juga turut menjadi pertimbangan. Berbagai aspek menjadi pertimbangan kami untuk meloloskan Polwan dengan standar yang tinggi,’’ katanya. polwan terpilih inipun mendapat gemblengan secara khusus di Setukpa Sukabumi.

Mereka dilatih oleh pelatih professional yang berpengalaman menjadi pemandu pendakian ke Carstensz. Polwan-polwan ini digembleng dari pagi hingga malam selama dua periode pemusatan latihan. Pemusatan latihan pertama di Sukabumi, pemusatan latihan kedua usai Lebaran pada Juli 2017 lalu di Sukabumi dan Citatah, Kabupaten Bandung. Sri berharap, Ekspedisi Carstensz ini menjadi sarana bagi Polwan untuk mensejajarkan diri dengan polisi laki-laki. Dalam artian, kata dia, Polwan tak melulu dapat mengerjakan pekerjaan administratif namun juga mampu menjalankan tugastugas operasional yang berat dan dibutuhkan kualifikasi khusus. ’’Polwan juga bisa,’’ katanya.

menuju puncak yang berada di Pegunungan Jayawijaya itu. Sama halnya dengan 23 polwan lainnya, Siwi melalui proses seleksi internal terlebih dahulu yang diselenggarakan beberapa bulan lalu. “Seleksi pertama lebih dari 120 orang. Dari seleksi itu terjaring 24 yang dianggap bisa melaksanakan misi Ibu Asuh ini,” ujar Kabag Pembinaan Siswi Sekolah Polwan ini.Setelah lolos seleksi, Tim Polwan kemudian dilatih di training center sebanyak dua kali.

Training pertama dilakukan sebelum Ramadan lalu di Sukabumi, Jawa Barat, dengan materi mulai endurance (daya tahan) hingga pendakian ke Gunung Gede beberapa kali.Setelah tiga minggu di Sukabumi, pelatihan sempat dihentikan saat memasuki Lebaran. Training kedua kemudian dilaksanakan setelah Lebaran dengan kembali melatih endurance, upper body di Gunung Gede hingga panjat tebing di Tebing 125 Citatah, Padalarang, Jabar. Setelah itu, kami berangkat ke Papua, latihan aklimatisasi dan pelatihan di beberapa puncak di Bali Dump, di Carstensz,” ucapnya

Kegiatan pendakian ini bukan pertama kalinya bagi Siwi dan Tim Polwan lainnya. Siwi sudah beberapa kali mendaki gunung di Gunung Gede dan Gunung Bromo. Tapi mendaki Puncak Carstensz, Pegunungan Jayawijaya, adalah pertama kalinya bagi Siwi dan rekan Polwan lainnya.Tentunya, pengalaman mendaki Puncak Carstensz memberikan kesan tersendiri baginya. Apalagi ada misi khusus yang dibawa oleh tim, yakni mengibarkan bendera RI tepat pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus lalu. ’’Yang cukup berkesan selama pendakian, kita bisa menyelesaikan misi ini sesuai harapan Ibu Asuh, tanpa kendala, itu cukup berkesan selain persaudaraan cukup berasa dinamika team work-nya,’’ lanjut mantan Kabag Binops di Polres Jakarta Barat ini.Pegunungan Jayawijaya merupakan gunung tertinggi di Indonesia. Selain masalah ketinggian, ada beberapa faktor yang cukup menyulitkan tim selama pendakian. Ada tantangan tersendiri mendaki puncak yang memiliki ketinggian 4.884 meter ini. ’’Kesulitannya berhadapan dengan alam yang tidak bisa dikondisikan. Di Carstensz itu 5 menit bisa berubah dari terang benderang jadi hujan badai, jadi kita harus menyesuaikan agar tidak mengalami hipotermia. Alhamdulillah, nggak ada yang hipotermia, kalau kelelahan itu biasa dan bisa disikapi,’’ sambungnya.

Kondisi cuaca yang tak menentu ini dapat diatasi oleh Tim Polwan. Tim menyiasatinya dengan melengkapi perlengkapan hingga berjoget-joget agar tidak kedinginan.’’Pelatih kita pelatih profesional dari Wanadri. Mereka tahu bagaimana menghadapi alam seperti salju, kering, dan sebagainya. Kita disiapkan dari awal, mulai pakaian apa, outerlayer-nya seperti apa. Di sana apa yang bisa kita lakukan untuk bersenang-senang, joget seperti itu kita lakukan sepanjang itu diperlukan,’’ tuturnya.

Selain Puncak Carstensz, Tim Polwan ini mencapai beberapa titik puncak. Di antaranya Puncak Sukarno yang cukup melelahkan untuk tim. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Siwi dan tim untuk mencapai misi pengibaran bendera pada Hari Kemerdekaan RI. ’’Kalau kesulitan, masingmasing puncak punya cerita sendiri. Di Carstensz, kesulitannya teknis saja kita harus gunakan alat, teknik memanjat, celah satu celah dua sampai ketinggian 4.884 mdpl. Kalau Carstensz Timur dan Puncak Sukarno hanya rutenya yang melelahkan,’’ ungkap perwira angkatan 18 ini.Mendaki Puncak Carstensz menjadi salah satu bagian kecil untuk membuktikan bahwa polwan setara dengan polki (polisi Lelaki). Siwi berharap, kesempatan polwan berkarier di Polri lebih terbuka bagi Polwan atau sama dengan polki. “Saya pribadi bangga dan lega sudah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu Asuh. Kami bisa buktikan bahwa kami juga punya kemampuan sama dengan polisi,” imbuhnya

 

 

CATATAN PERJALANAN TIM EKSPEDISI POLWAN KE PUNCAK CARSTENSZ PYRAMID

Iring-iringan mobil double gardan milik PT Freeport Indonesia memasuki area basecamp Ekspedisi Polwan, di Bali Dump, Papua, Jumat (11/08) sore. Bali Dump merupakan kawasan yang masih berada di wilayah PT Freeport Indonesia dan memiliki ketinggian sekitar 4.200 mdpl dijadikan basecamp dan titik awal tim ekspedisi untuk menggapai puncak tertinggi Indonesia, Carstensz Pyramid.Dengan menggunakan pakaian lengkap bak pendaki gunung, Ketua Ekspedisi Polwan Ny. Ir Tri Suswati Tito Karnavian, M.Si., mengecek langsung kondisi tim ekspedisi. Kehadirannya di ‘Bumi Cenderawasih’ tidak sekadar ia gunakan untuk memerintah para anak asuhnya dari ruangan yang nyaman, namun ia turut serta terjun langsung merasakan lebih dalam perjuangan para polwan.

Ia pun menyempatkan diri untuk mengobrol dan berbagi cerita dengan tim polwan yang bermalam di tenda peleton milik polri di Bali Dump. Suhu yang dingin bahkan hampir menyentuh titik beku tak menyurutkan semangatnya. “Alhamdulillah kondisi mereka sehat-sehat dan masih penuh semangat,” ujar Tri Suswati.

Berikut daftar nama 24 Polwan / Polisi Wanita Cantik dan tangguh yang akan melakukan Ekspedisi Polwan Ke Carstensz:

  1. AKBP Siwi Erma Andriani, S.I.K ;
  2. IPDA Heny Guastiana;
  3. Ipda Priskila Kaom Sangek;
  4. Bripda Fajar Astuti;
  5. Bripda Sari Nastiti;
  6. Bripda Dea Marcheliana;
  7. Bripda Intan Widya Ningsih;
  8. Bripda Alisia Dwi Kartini;
  9. Bripda Indri Anastasya;
  10. Bripda Dwi Surya Wulandari;
  11. Bripda Berti Kurniawati;
  12. Bripda Nidia Ariani;
  13. Bripda Amelia K Lumuwu;
  14. Bripda Retno Ayu Wedowati;
  15. Bripda Tika Astria;
  16. Bripda Virnayanti;
  17. Bripda Ayu Agiswi;
  18. Bripda Jessica Zhivaneska;
  19. Bripda Muthia Octavida;
  20. Bripda Ica Ayu Nuraini;
  21. Bripda Adisti Mahesa;
  22. Bripda Mince Yessy Ebe;
  23. Bripda Phemiralna;
  24. Bripda Gusti Elvira

Trekking bersama Polwan

Hujan turun dengan derasnya saat Tri Suswati kembali tiba di basecamp utama Ekspedisi Polwan di Bali Dump, pada Minggu (13/08). Kali ini, ia bukan hanya mengecek persiapan tim semata, melainkan juga ikut bergerak menuju kawasan pegunungan bersama tim polwan yang hendak beradaptasi terhadap ketinggian atau aklimatisasi.Tujuannya, zona es terdekat. Dengan bersemangat, ia berjalan bersama tim kendati hujan tidak juga mereda. Istri pemimpin tertinggi Korps Bhayangkara itu pun tidak segan berkecimpung lumpur, melalui trek yang menjadi becek karena hujan, demi memberi dukungan moril kepada para anak asuhnya.“Tidak mudah beraktivitas yang melelahkan di ketinggian lebih dari 4.000 mdpl, apalagi dalam kondisi cuaca buruk,” ujar salah satu pelatih ekspedisi, Ardhesir Yaftebbi.

Hari itu, ada 10 polwan yang ia sengaja dampingi untuk aklimatisasi. Supaya aktivitas tak membosankan, ia pun mengajak tim polwan untuk senam bersama di Danau 3. Suasana makin rileks dan menyenangkan.Sayang, kondisi cuaca makin memburuk menjelang petang. Tim terpaksa mengakhiri kegiatan hari itu sebelum mencapai zona es. Seusai beristirahat di Danau 3, Tri Suswati memutuskan kembali ke basecamp utama pendakian di Bali Dump.“Di sini indah sekali, mungkin dari sekitar 250 juta warga Indonesia, hanya segelintir saja yang tahu.

 

Sayang, cuaca hari Ini kurang mendukung, tapi suatu saat saya akan berkunjung ke sini lagi,” ujar Tri Suswati di sela istirahat.Pada saat ekspedisi berlangsung, cuaca memang terbilang kurang ramah. Hampir setiap lewat tengah hari, hujan turun. Bahkan, seringkali tidak hanya hujan air, tapi juga hujan es yang kadang terasa perih saat menerpa kulit. “(Cuaca) ini salah satu tantangan yang mesti dihadapi tim polwan ya. Semoga mereka tetap kuat dan semuanya berhasil menggapai Carstensz,” harap Tri ketika itu.Terlepas dari faktor cuaca, mencapai Puncak Carstensz Pyramid bukan perkara mudah. Ada dinding tebing setinggi lebih dari 500 meter yang lebih dulu harus dilewati. Ketika tebing menjadi licin karena hujan, kesulitannya tentu menjadi berlipat. Untuk menyikapi cuaca yang berubah, tim perlu bersiasat. Salah satunya dengan menargetkan para polwan sampai di puncak selambat-lambatnya pukul 1 siang sebelum hujan datang.

Strategi dan aksi tim pada akhirnya sukses menjawab harapan Tri Suswati. Pada Minggu (20/8) pukul 11.00 waktu setempat, 24 polwan genap menuntaskan misi mereka: mengibarkan bendera Merah Putih dan Tribatra di puncak tertinggi Nusantara. Apresiasi tidak datang hanya dari kalangan internal polri, bahkan juga dari luar institusi. Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan dua rekor dunia kepada 24 polwan tersebut, yakni tim polwan pertama di dunia yang menggapai puncak tertinggi Indonesia, Carstensz Pyramid, serta pelaksanaan upacara bendera dengan lokasi tertinggi di Indonesia.“Ekspedisi polwan ini antara lain untuk menghilangkan anggapan bahwa polwan itu lemah. Terbukti, secara fisik, polwan tidak kalah dengan lelaki,” jelas sang ibu asuh dengan bangga

*Untuk Detail Film Dokumenter Silahkan Langsung Klik Pada Gambar di Atas

Torehkan Rekor Dunia

Pada bagian lain, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menyerahkan dua penghargaan kepada Polri. Penghargaan diberikan atas prestasi 24 anggota polisi wanita yang mendaki Puncak Carstensz, Jaya Wijaya, Papua pada 17 Agustus lalu.“Dengan berat hati tanpa mengurangi rasa hormat, saya terpaksa menolak sebagai rekor Indonesia. Ini tidak layak diakui sebagai rekor dunia karena belum pernah di dunia. Kami mendengar anggota kepolisian wanita dan tidak hanya satu tapi beregu yang mampu mendaki gunung empat ribuan meter, mendekati lima ribu meter. Ini adalah rekor dunia,” jelas pendiri MURI Jaya Suprana di Wisma Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta (Selasa, 22/8).

Menurutnya, merupakan satu penghormatan bagi MURI untuk menyerahkan penghargaan atas prestasi yang diraih 24 polwan tersebut. Penetapan prestasi polwan sebagai rekor dunia bukan untuk kesombongan. Melainkan merupakan kebanggaan atas fakta yang ada. “Karena saya sendiri belum tentu mampu. Jangankan empat ribu meter, empat meter saja saya sudah ngos-ngosan,” kata Jaya.Penghargaan yang diberikan yaitu Rekor Dunia Penghargaan MURI sebagai Tim Polisi Wanita RI Yang Pertama Berhasil Mencapai Puncak Carstensz Setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lalu, penghargaan atas Upacara Peringatan HUT ke-72 Indonesia oleh polwan di puncak tertinggi Indonesia. “Dianugerahkan kepada Kepolisian Negara RI,” tutur Jaya.

 

Heinrich Harrer adalah orang pertama yang berhasil menaklukkan Gunung Carstensz

Sebelum orang Indonesia mulai mengekspedisi Gunung Cartenz, Heinrich Harrer menjadi yang pertama kali mencapai puncak tertinggi di Indonesia ini. Tak sendiri, dia bersama Robert Philip Temple, Russell Kippax, dan Albertus Huizenga pada 1962. Heinrich Harrer adalah orang pertama di bumi yang mendaki puncak Carstensz pada 1962. Setelah kembali dari pendakian, dia menulis sebuah buku berjudul “Saya berasal dari zaman batu”. Buku tersebut dijual bebas di salah satu marketplace terbaik di Indonesia yaitu Tokopedia dan Bukalapak.

Namun masih belum ada yang menerjemahkan buku tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.jadi yang berminat segera dikoleksi ya, dijamin memuaskan. selain itu Heinrich Harrer mengucapkan kata-kata ini ketika berada di Papua:

“Di Aigera saya ingin menguji kemampuan saya, di Himalaya saya mengenal kesepian, di Tibet orang-orang yang tidak biasa. Di Pulau New Guinea saya menemukan semuanya.” (Heinrich Harrer, pemanjat legendaris Austria) Heinrich Harrer meninggal pada 7 Januari 2006 diusia 93 tahun. Dia adalah teman baik Dalai Lama.

Salah Satu Film Dokumenter Heinrich Harrer  ketika mendaki puncak Carstensz Pyramid bisa dilihat dalam Video di Bawah ini. secara keaslian video tersebut benar benar asli, karena penulis dapatkan sendiri dari Blog Youtube Kolektor Film Original di Instagram @dvdblurayoriginal . Namun untuk originalitas apakah dalam video tersebut kisah pendakian Heinrich Harrer atau bukan masih dipertanyakan.

Rahasia Polisi Wanita [ POLWAN ] Sangat Tangguh Mendaki Puncak Carstensz

Membawa 24 polisi wanita (polwan) menuju puncak tertinggi Indonesia, Carstensz Pyramid, bukanlah perkara mudah. Bagi Florenciano Hendricus Mutter, pendaki kawakan Indonesia yang mendapatkan tugas sebagai Pelatih Kepala Ekspedisi Polwan 2017, hal tersebut merupakan pengalaman dan tantangan baru.“Punya siswa 50-an anak sebelumnya pernah. Tapi itu campuran pria dan wanita, dengan jumlah wanita enggak terlalu banyak, sekitar belasan. Jadi, ini perdana ngebimbing 24 wanita sekaligus,” ujar Hendricus, saat berbincang via telepon, Minggu (27/8).

Pria yang tahun ini menginjak usia 57 tahun itu berkisah, mulanya ia ‘diberikan’ sekitar 96 polwan hasil seleksi dari seluruh Indonesia. Setelah disaring melalui empat tahap tes yaitu berupa tes kesehatan, fisik, psikologis, dan endurance (daya tahan), terpilihlah 24 polwan. “Tes endurance-nya itu berupa berlari atau jalan cepat selama 3 jam nonstop,” jelas Hendricus.

Tiada hari tanpa latihan. Selama dikarantina di Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa), Sukabumi, para polwan anggota ekspedisi mesti membiasakan diri dengan medan pendakian gunung. Saban dua hari sekali selama 10-21 Mei silam, mereka harus mendaki di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melalui jalur Selabintana.Jalur Selabintana merupakan jalur terberat untuk menuju Puncak Gunung Gede ketimbang dua jalur lain, yaitu jalur Cibodas dan jalur Gunung Putri. Selain jarak tempuhnya paling jauh, ketinggian awal di titik mula pendakian pun paling rendah. Sebagai pembanding, titik awal di basecamp pendakian via Cibodas berawal di ketinggian 1.425 mdpl, sedangkan basecamp Selabintana berada di ketinggian 960 mdpl.Setiap berlatih, para polwan mesti melahap medan gunung dan hutan, yaitu dari pos pendakian Selabintana menuju Alun-alun Suryakencana, lalu ke Puncak Gunung Gede, kemudian turun ke Kandang Badak.

Dari situ, mereka mesti kembali hari itu juga ke Selabintana.“Biasanya mereka mulai bergerak setelah salat Subuh, dan kembali ke Setukpa maksimal jam 9 malam,” tutur Hendricus yang juga jebolan Wanadri ini.Selain berlatih di medan gunung dan hutan, para polwan pun mesti mengenyam materi pemanjatan tebing di kawasan Karst Citatah, Bandung Barat. Selama 2 hari, mereka digambleng latihan panjat dan turun tebing. Latihannya bahkan bukan hanya siang hari, melainkan juga berlangsung di malam hari.“Supaya mereka terbiasa, karena saat menuju Carstensz pergerakan juga dilakukan pada malam hari,” terang Hendricus.Latihan keras yang mereka jalani terbukti tidak sia-sia.

Pada Minggu (20/8), genap 24 polwan berhasil menapaki Puncak Carstensz Pyramid. Virnayanti, Ayu Agiswi, Sari, dan Sita tercatat menjadi kloter terakhir yang berhasil menggenapi misi dengan didampingi 4 pelatih, yakni Ardhesir Yaftebbi, Noer Hoeda, Agus Saban, dan Martin Rimbawan.“Awal dulu latihan mereka semua agak penakut. Sekarang mereka semua telah berhasil mencapai Carstensz setelah melalui berbagai latihan. Semoga kelak menjadi lebih pemberani dan tersadar bahwa mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata orang umumya,” harap Hendricus

 

*Sumber : Humas Mabes Polri dan Majalah Bhayangkara.

Leave a Reply

Your email address will not be published.